Friday, February 24, 2017

Metode Konstruksi Struktur Stasiun Bawah Tanah

Selain struktur Tunnel, struktur stasiun bawah tanah ( Underground Station ) merupakan struktur utama didalam proyek MRT. Disini kita coba membahas tentang metode konstruksi pada struktur stasiun bawah tanah.

Pendahaluan
Secara umum, sebuah struktur dibangun dengan metode bottom-up (dari bawah ke atas), dimana pelaksaanan konstruksi dimulai dari lantai dasar (ground level) dan dilanjutkan ke elevasi yang lebih tinggi. Cara konvensional ini dinilai lebih mudah diterapkan dalam perencanaan desain dan konstruksi, tetapi untuk struktur bawah tanah dalam skala proyek besar bisa dinilai secara resiko akan menjadi  kendala dilapangan. Maka pada kasus seperti itu digunakanlah metode Top Down Construction.

Pelaksanaan Top Down Construction


Top Down Construction  merupakan salah satu metode pada pelaksanaan dimana awal mula konstruksi berada di elevasi yang lebih tinggi kemudian proses pembangunan dilanjutkan ke elevasi yang lebih rendah. Pada bangunan perkotaan, metode konstruksi ini secara umum digunakan pada bangunan basement, underpass dan stasiun bawah tanah. Secara harfiah, Top down construction digunakan pada proyek dengan galian dalam (deep excavation project). Berikut ini adalah contoh kasus pelaksanaan Top Down Construction untuk Stasiun Bawah Tanah.

Tahap Pelaksanaan Top Down Construction
1. Pemasangan Diaphragm Wall (D-Wall)

Tahapan pertama dalam metode Top-Down Construction adalah pembuatan diaphragm wall (Dinding Diafragma) pada bagian sisi terluar stasiun. Pada dasarnya Diaphragm Wall berfungsi sebagai dinding sementara untuk menahan tekanan tanah lateral pada proses penggalian dan disaat yang bersamaan akan menjadi dinding permanen struktur stasiun bawah tanah yang befungsi juga sebagai pendistribusian beban dalam sistem struktur.  Kedalaman Diaphragm Wall bergantung pada jumlah tingkat dan elevasi slab, hasil investigasi tanah dan ketinggian muka air tanah. 


Tahapan Instalasi Diaphragm Wall

Penggalian tanah pada konstruksi diaphragm wall menggunakan alat berat Crawler Crane yang dilengkapi dengan capit hidrolik (Hydraulic Clamshell). Penggalian dengan Crawler Crane  ini dilakukan hingga mencapai elevasi diaphragm wall yang telah ditetapkan dalam desain.

Alat Berat Crawler Crane

Video Pemasangan Diaphragm Wall

2.Pemasangan Struktur Kingpost

Struktur kingpost merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai penahan beban sementara struktur slab. Secara sederhana struktur ini berperan sebagai kolom yang menahan gaya axial dari beban slab dan tanah diatasnya. Pemasangan kingpost dilakukan dengan membenamkan kolom baja ke dalam bored pile.

Pemancangan Kingpost

3. Penggalian Tanah Tahap Pertama (First Stage Excavation)

Kemudian tanah digali hingga tepat berada dibawah roof slab (lantai atap stasiun). Pada fase ini Strut dan Waler dipasang untuk menopang diaphragm wall agar tidak terjadi defleksi sementara. Strut dan Waler merupakan komponen struktur sementara yang terdiri dari rangkaian baja dan berfungsi sebagai penopang D-wall. Dengan bantun strut & waller, D-wall dapat menahan lateral tanah pada proses penggalian dan juga mengurangi tingkat defleksi yang terjadi. 
Penggalian Tahap Awal

Strut dan Waler

4. Pembetonan Roof Slab

Setelah dilakukan penggalian tanah, langkah berikutnya adalah pengecoran beton bertulang untuk struktur roof slab. Pada pelaksanaan tidak semua area dilakukan pembetonan secara bersamaan, terdapat bagian area yang dibiarkan terbuka (opening). Karena pada bagian yang terbuka ini berfungsi nantinya sebagai akses equipment dan tanah yang telah digali.


5. Penggalian Lanjutan dan Pemasangan Slab 

Struktur slab pada Stasiun bawah tanah terdiri dari 3 elevasi yaitu Roof Slab, Concourse Slab dan Base Slab. Ketiganya memiliki fungsi sendiri diantaranya ; 
- Roof Slab berfungsi sebagai penutup atap stasiun sekaligus penopang beban diatasnya. 
- Concourse Slab merupakan akses pertama kali masuk ke stasiun bawah tanah dan juga tempat pembelian tiket. Tempat ini juga difungsikan sebagai area komersil
- Base Slab merupakan area tempat datangnya kereta. dan merupakan area dengan elevasi paling bawah. Tepat di atas Base Slab nantinya akan dibangun Platform Slab yang fungsinya sebagai tempat penumpang menunggu kereta datang.

Contoh Skema Pembagian Slab Stasiun

Setelah proses pelaksanaan Roof Slab selesai, Maka akan dilanjutkan kembali penggalian tanah ke level berikutnya yaitu Concourse Slab (2nd Stage Excavation), kemudian akan kembali dipasang strut. Proses konstruksi akan terus berlanjut hingga penggalian dan pemasangan Base Slab (Final Stage Excavation). Pekerjaan pelepasan kingpost, strut dan waler dilakukan setelah base slab selesai dikerjakan.

Penggalian dilanjutkan ke Concourse Slab dan Base Slab


Semua Struktur Slab telah dikerjakan  



6. Urugan Tanah Kembali dan Pemulihan Jalur diatasnya.

Setelah struktur bawah tanah selesai, tanah akan kembali diurug diatas menutup roof slab. Kemudian pemulihan kembali jalan berserta mediannya menjadi seperti semula.

Backfillling dan Pemulihan Jalan

--------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah metode Top Down Construction pada stasiun bawah tanah. Nah, bagaimana dengan Entrance (Jalur Masuk ke stasiun) ? Untuk Entrance Stasiun umumnya menggunakan metode Cut and Cover Construction. Dilain kesempatan akan dibahas mengenai metode ini.

No comments:

Post a Comment